BERBAGI INFORMASI | CERITA INSPIRASI

Monday, February 8, 2016

Ekonomi Indonesia jatuh? Baca dulu ini!

http://korannonstop.com/wp-content/uploads/2015/07/jokowi-2.jpgBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) baru saja merilis data komitmen investasi sepanjang Januari 2016. Yang menarik, China jadi negara kedua dengan nilai komitmen investasi terbesar setelah Singapura. Pertumbuhan investasinya di Januari 2016 tumbuh hingga 1.564%.

Deputi Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal, Azhar Lubis menyebut, faktor testimoni atau informasi kesuksesan berinvestasi yang menyebar dari mulut ke mulut antar investor China, jadi alasan minat investasi dari negeri Tirai Bambu ini melonjak tajam.

"Semakin ke sini semakin banyak success story, bahwa ternyata Indonesia nggak susah. Awal investor datang kan how to do business, akhirnya ke sini-sini sudah tahu bebaskan lahan, sudah tahu layanan izin 3 jam, urus IMB, sudah tahu ada BKPM," ungkap Azhar, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (3/2/2016).

Menurut Azhar, perilaku ini berbeda dengan investor Jepang dan Korea Selatan yang masing-masing minat investasinya hanya tumbuh 30% dan 318%. Dari sisi porsi total investasi pun, Jepang hanya menyumbang 1%, sementara Korea Selatan 2%, jauh di bawah China sebesar 23%.

"Jadi jangan bandingkan sama Jepang dan Korea Selatan yang sudah 40-an tahun. Kalau China kan baru mulai 5 tahunan, akhirnya semakin banyak investor China yang tahu dengan adanya success story," ujarnya.

Dia melanjutkan, pihaknya pun saat ini juga gencar melakukan promosi lewat testimoni. Saat promosi ke China, BKPM akan mengikutsertakan pengusaha China yang sukses berbisnis di Indonesia.

"Biasanya investor lebih percaya kalau yang ngomong investor sendiri, bukan dari kita. Makanya kalau ke luar negeri, kayak China yah kita bawa pengusaha China ke sana buat testimoni pakai Bahasa China tentang success story mereka. Kalau yang ngomong sesama pengusaha kan riil," tutupnya.

Sebagai informasi, sepanjang Januari nilai komitmen investasi China sebesar US$ 1,81 miliar atau menyumbang 23% dari total minat investasi yang masuk, dengan pertumbuhan 1.564% dibanding Januari tahun lalu. Sementara Singapura di posisi pertama menyatakan minat investasi US$ 7,5 miliar atau tumbuh 413%. 1

Jepang Nilai Indonesia Layak Investasi

Lembaga pemeringkat Japan Credit Rating Agency, Ltd. (JCR) kembali mengafirmasi peringkat Indonesia pada level layak investasi atau investment grade. Dengan demikian, Sovereign Credit Rating Republik Indonesia berada pada BBB- atau stable outlook.

"Dalam siaran persnya, JCR memberikan afirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB-/stable outlook," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara dalam keterangan resmi, Selasa (2/2/2016).

Beberapa faktor kunci yang mendukung keputusan afirmasi bagi sovereign credit rating Indonesia yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid ditopang konsumsi domestik yang kuat, defisit fiskal yang terkendali dan pengelolaan utang pemerintah yang sehat, kondisi sektor perbankan yang relatif kuat, serta ketahanan terhadap tekanan eksternal.

JCR pun menyatakan stable outlook mencerminkan kemampuan Indonesia dalam menghadapi tekanan eksternal melalui kebijakan fiskal dan moneter yang tepat termasuk peluncuran berbagai paket kebijakan ekonomi guna mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyatakan, afirmasi JCR menegaskan ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi perlambatan ekonomi dan volatilitas pasar keuangan global. Di saat beberapa negara menghadapi penurunan peringkat, Indonesia justru mampu mempertahankan peringkat layak investasi.

"Hal ini menunjukkan Indonesia melakukan kebijakan yang tepat dan konsisten untuk menjaga stabilitas sekaligus mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan struktur yang lebih sehat," ungkap Agus. 2

Lembaga Pemeringkat Jepang Sebut Indonesia Aman Investasi

Japan Credit Rating Agency, Ltd (JCR), lembaga pemeringkat kredit asal Jepang memberi nilai BBB- dengan outlook stable terhadap Indonesia. Hal tersebut memperkuat afirmasi peringkat Indonesia pada level layak investasi seperti yang sebelumnya diberikan oleh Moody's Investors Service.

JRC dalam keterangan resminya menjelaskan, rating BBB- diberikan kepada Indonesia karena keberhasilan pemerintah mempertahankan pertumbuhan ekonomi secara solid sepanjang tahun lalu. Hal tersebut ditopang oleh konsumsi domestik yang kuat, defisit fiskal yang terkendali, dan pengelolaan utang pemerintah yang sehat.

“Selain itu kondisi sektor perbankan yang relatif kuat, serta ketahanan terhadap tekanan eksternal membuat Indonesia layak investasi,” ujar Koichi Fujimoto, General Manager of International Rating Department JRC, dikutip Selasa (2/2).

Fujimoto mengatakan, paket kebijakan ekonomi baik dari sisi fiskal dan moneter yang dirilis pemerintah sepanjang 2015 lalu telah berhasil menopang pertumbuhan ekonomi. Padahal sepanjang tahun lalu, ekonomi Indonesia diterpa masalah anjloknya harga komoditas, perlambatan ekonomi China, serta ketidakpastian suku bunga acuan bank sentral Amerika (The Federal Reserves Rate).

“Akan lebih baik bagi pemerintah Indonesia untuk dapat mempercepat pembangunan infrastruktur, memperbaiki iklim investasi, memangkas prosedur birokrasi, dan mempermudah investasi masuk dengan beragam insentif tahun ini,” kata Fujimoto.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menyatakan afirmasi JCR menegaskan ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi perlambatan ekonomi dan volatilitas pasar keuangan global.

“Di saat beberapa negara menghadapi penurunan peringkat, Indonesia justru mampu mempertahankan peringkat layak investasi. Hal ini menunjukkan Indonesia melakukan kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas sekaligus mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan struktur yang lebih sehat,” kata Agus.

Sebelumnya lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service kembali menempatkan Indonesia sebagai negara layak investasi (investment grade) dengan rating Baa3 atau stable outlook.

Dalam rilis resminya dikutip Jumat (29/1), Moody's menjelaskan yang menentukan peringkat setiap negara antara lain pengelolaan keuangan pemerintah yang kuat di tengah peningkatan defisit fiskal dan respons kebijakan otoritas yang efektif dalam mengelola risiko penurunan harga komoditas dan pelemahan pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 4,7 persen tahun lalu. Sementara rupiah telah anjlok 11 persen terhadap dolar Amerika sepanjang 2015.

Di sisi lain, Moody's menilai para pengambil kebijakan sejauh ini efektif dalam mengelola risiko sehingga membuat kondisi ekonomi stabil.

Menanggapi hal itu Menteri Keuangan Bambang P.S Brodjonegoro meyakinkan Indonesia masih menjadi pilihan negara tujuan investasi apabila dibandingkan dengan negara-negara ekonomi berkembang lainnya

"Pokoknya kita mendapat masukan dari investor luar negeri, pertama Indonesia dianggap save haven diantara emerging market lainnya . Itu good news-nya. Kedua, Indonesia termasuk emerging market yang istilahnya tidak membuat investor khawatir," jelas Bambang beberapa waktu lalu.

Selain itu aksi teror di Thamrin Jakarta yang terjadi 14 Januari lalu dianggap tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap iklim investasi di Indonesia.

"Saya pikir ada concern, tapi ya tidak mengganggu penilaian mereka terhadap Indonesia," jelasnya. 3

Share:

0 komentar:

Post a Comment

L'AMOR PARFUMES ( ROLL ON )

L'AMOR PARFUMES ( ROLL ON )
Hanya menerima Grosir / dalam partai banyak. Kualitas Bibit Luzi ( swiss ). Poengky 085 2266 9 5358
Powered by Blogger.

Blog Archive

Blogger templates